Di penghujung Oktober 2005, tak seperti biasanya sms masuk silih berganti ke ponsel saya, mengucapkan berbagai macam doa melengkapi ucapan belasungkawa atas wafatnya ayahanda tercinta. Inbox Email pun tak seberapa jauh dengan ponsel saya, juga dipenuhi kabar serupa.
Siapa, yang tidak sedih menerima cobaan semacam ini? Tak berbeda dengan saya, kesedihan tentu saja hinggap, dan terkadang terbersit rasa penyesalan yg dalam kenapa ini mesti terjadi. Mungkin atau pasti ini akan terjadi kepada siapa saja, termasuk kita sendiri. Hari itu, agak berbeda dari hari-hari sebelumnya.
Dulu, saya pernah berpikir, ayah saya akan selalu mendampingi hidup saya selamanya. Kalaupun harus dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tapi tidak saat itu. Memang benar, tidak akan ada waktu yang terulang. Sekarang beliau telah tiada, dan tak ada satupun kekuatan atau mukjijat yg dapat mengulang waktu. Dan, hari ini tidak sama dengan hari2 yg lalu, sebelum Okt 25, 2005. Segala bentuk cobaan, penderitaan atau rasa suka cita lebih berarti menjalaninya bersama beliau. Sekarang, hanya ada hikmah yg tertinggal, bahwa kita, cepat atau lambat kita akan memenuhi Panggilan-Nya. Mungkin satu jam nanti, besok, bulan depan, atau entah kapan. Yang pasti, kita akan kembali.
Malam tadi..., ada yang saya renungkan lebih jauh. Betapa bahagianya saya, kerena ternyata saya tidak sendiri. Ada banyak teman, sahabat, kerabat yang masih mendampingi sisa-sisa hidup kita ini. Masih terbayang dalam ingatan, selain saudara2, sahabat, kerabat dan para tetangga rumah, ada banyak teman2 dari Sumitomo yg menghadiri acara pemakaman, dan ada kiriman bunga ucapan duka cita dari pt. Sumitomo
Maka, dengan ini saya, atas nama keluarga almarhum ingin mengucapkan terima kasih yg sedalam-dalamnya atas segala dukungan, kebersamaan, dan semangat kepada saya atau keluarga kami atas meninggalnya Ayahanda kami tercinta. Semoga Tuhan YMK tidak lupa membalas segala kebaikan atau amal yang telah kita perbuat. Amin.

No comments:
Post a Comment