Thursday, August 28, 2008

Ilusi Financial

Source: Priyadi's Place

Alkisah pada suatu hari ada dua orang penerbit koran yang saling berkompetisi, sebutlah namanya A dan B. Kedua koran ini memiliki kualitas yang sama persis. Penerbit A menjual langganan korannya seharga Rp 50 ribu per bulan. Sedangkan penerbit B tidak puas dengan harga Rp 50 ribu per bulan karena merasa keuntungannya tidak cukup banyak, dia menjual korannya dengan biaya Rp 100 ribu/bulan.

Walaupun demikian, jika B menjual korannya dengan harga tersebut, maka korannya tidak akan laku. Dengan kualitas yang sama, bisa dibilang hampir semua konsumen akan memilih koran A yang harganya cuma setengah koran B. Dalam pasar bebas, B dihadapkan pada dua pilihan: tetap menjual dengan harga mahal tetapi mendapatkan pangsa pasar yang sedikit; atau menjual dengan harga lebih murah dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. B tidak menginginkan kedua pilihan tersebut, yang diinginkan B adalah menjual dengan harga mahal dan mendapatkan pangsa pasar yang besar pula. Mungkinkah B melakukan hal tersebut tanpa misalnya meningkatkan kualitas korannya?

Selain pengusaha koran, B juga seorang ahli finansial yang licik sekaligus jeli dalam melihat kesempatan. Dia bukannya menjual korannya lebih murah untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, dia justru meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat. Koran B yang tadinya dijual seharga Rp 100 ribu, kini dia jual seharga Rp 200 ribu.

Logika mengatakan bahwa posisi B di pasar koran seharusnya akan semakin terjepit. Tapi tunggu dulu. B tidak begitu saja menaikkan harga korannya. Harga berlangganan koran B yang Rp 200 ribu/bulan ini dia bagi menjadi dua porsi: porsi pertama sebesar Rp 100 ribu dialokasikan untuk biaya berlangganan korannya itu sendiri, dan sisanya sebesar Rp 100 ribu adalah porsi investasi. Dengan kata lain, B tetap menikmati harga berlangganan korannya seperti sebelumnya yaitu sebesar Rp 100 ribu/bulan. Sedangkan tambahan Rp 100 ribu yang dia pungut dari pelanggan akan disetorkannya ke sebuah instrumen investasi yang hasilnya nanti akan dikembalikan kepada pelanggan.

Jika seorang konsumen berlangganan koran B selama 10 tahun, dengan asumsi perkembangan investasi 13%, maka nilai tunai hasil investasinya akan berjumlah lebih dari Rp 24 juta. Atau dengan kata lain sudah ‘balik modal’. Selama 10 tahun, pelanggan B telah menyetorkan biaya berlangganan sebesar Rp 24 juta, dan pada akhir tahun ke-10, nilai tunai yang dia dapatkan sudah melebihi Rp 24 juta. Secara nominal, pelanggan mengeluarkan Rp 24 juta untuk berlangganan selama 10 tahun dan pada akhir tahun ke-10 uang tersebut akan dikembalikan seluruhnya. Sebagian pelanggan akan merasa telah menikmati koran B dengan gratis!

Lebih daripada itu, pelanggan dapat pula meneruskan berlangganan setelah tahun ke-10 dengan sebuah catatan: konsumen dibebaskan atas biaya berlangganan sama sekali! Pelanggan bisa terus berlangganan koran B seumur hidupnya hanya dengan membayar biaya berlangganan selama 10 tahun! Bukan hanya itu, pada akhir tahun ke-20, selain bisa menikmati koran B dengan gratis, pelanggan juga dapat menikmati hasil investasi sebesar hampir Rp 60 juta.

Jika ada yang menanyakan kepada seorang konsumen mana yang lebih dia sukai:

  • Membayar Rp 50 ribu seumur hidup untuk berlangganan koran A; atau
  • Membayar Rp 200 ribu selama 10 tahun untuk berlangganan koran B, lalu seluruh uang tersebut akan dikembalikan di akhir tahun ke-10, atau pelanggan bisa meneruskan untuk berlangganan seumur hidup dengan gratis ditambah dengan menikmati hasil investasi yang berlipat-lipat jumlah yang telah disetorkan sebelumnya.

Secara intuitif, konsumen yang awam urusan finansial akan memilih koran B. Konsumen akan merasa koran B lebih menguntungkan karena jumlah yang dia dapatkan secara nominal jauh lebih banyak daripada jumlah yang dia setorkan. Tetapi tentunya ini salah kaprah, di balik itu semua, biaya berlangganan koran B tetap saja dua kali lipat lebih mahal daripada koran A. Pelanggan tetap membayar biaya berlangganan dua kali lipat lebih mahal daripada koran A, tetapi mereka tidak menyadari telah melakukannya. Teknik berjualan seperti ini saya sebut sebagai ‘ilusi finansial’. Hanya dengan ilusi finansial, seseorang bisa mengeluarkan uang dalam jumlah besar tetapi tidak merasa mengeluarkan uang sama sekali.

Dengan memasarkan koran B dengan menggunakan ilusi finansial, B bisa menjual korannya dengan harga dua kali lipat koran A, sekaligus mendapatkan pangsa pasar yang lebih banyak dengan memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat. Selain itu, B juga dalam posisi yang lebih bagus karena memiliki margin keuntungan yang jauh lebih besar. Posisi ini bisa dimanfaatkan misalnya dengan melakukan pemasaran yang jauh lebih agresif untuk meraup pangsa pasar lebih banyak lagi.

***

Orang yang mengerti urusan finansial dan jeli melihat situasi tersebut di atas akan berpikir lain lagi: “Bagaimana jika saya tetap berlangganan koran A, dan selisih harga berlangganan koran A dan B saya investasikan sendiri secara terpisah?” Hasilnya sebagai berikut:

  • Pada akhir tahun ke-10, nilai tunai yang didapatkan adalah lebih dari Rp 37 juta, dan bukan hanya Rp 24 juta seperti di koran B.
  • Pada akhir tahun ke-20, nilai tunai yang didapatkan adalah lebih dari Rp 114 juta, dan bukan hanya Rp 60 juta seperti di koran B.

Kesimpulannya, dengan biaya yang dikeluarkan sama persis (Rp 200 ribu/bulan), berlangganan koran A tentunya jauh lebih menguntungkan daripada koran B. Sayangnya, tidak banyak konsumen yang mengerti masalah finansial sehingga bisa dipastikan mayoritas akan terjebak pada ilusi finansial dan berlangganan koran B.

Tulisan saya di atas memang cuma wacana. Saat ini tidak ada koran yang dijual seperti koran B (dan mudah-mudahan tidak akan pernah ada). Tetapi apakah anda tahu produk lain yang saat ini kebanyakan dijual seperti B menjual korannya? Dan apakah anda cukup waspada dalam menyikapi produk-produk tersebut?

Tahukah anda? : April Mop, Tragedi Pembantaian Umat Islam Spanyol

imageSetiap kali menjelang tanggal 1 April, banyak diantara kita begitu terbawa dengan budaya 'pandang ke barat', dan mereka menjadi begitu sibuk sekali. Kepala mereka penuh dengan rencana dan mencari mangsa-mangsa untuk dipermain-mainkan. Bahkan sewaktu sedang bekerja atau sedang makan pun kepala mereka mencari cara dan membuat rencana 'penganiayaan' ini.

Yang penting mereka ingin puas melihat muka mangsa-mangsa gurauan April Mop mereka merah padam karena dipermain-mainkan. Bagaimanapun, tanpa mereka sadari, kadang guyonan-guyonan biasa atau 'practical jokes' yang dilakukan dapat menjadikan perselisihan dan penyesalan yang berkepanjangan.

Tiap tanggal 1 April, ada saja orang—terutama anak-anak muda—yang merayakan hari tersebut dengan membuat aneka kejutan atau sesuatu keisengan. April Fools Day, demikian orang Barat menyebut hari tanggal 1 April atau lebih popular disebut sebagai ‘April Mop’. Namun tahukah Anda jika perayaan tersebut sesungguhnya berasal dari sejarah pembantaian tentara Salib terhadap Muslim Spanyol yang memang didahului dengan upaya penipuan? Inilah sejarahnya yang disalin kembali sebagiannya dari buku “Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Halloween: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2005)

SEJARAH APRIL MOP
imagePerayaan April Mop yang selalu diakhiri dengan kegembiraan dan kepuasan itu sesungguhnya berawal dari satu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan. April Mop atau The April’s Fool Day berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 atau bertepatan dengan 892 H. Sebelum sampai pada tragedi tersebut, ada baiknya menengok sejarah Spanyol dahulu ketika masih di bawah kekuasaan Islam.

Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad , Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah bisa dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walau sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah Barat yang berupa pegunungan.

Islam telah menerangi Spanyol. Karena sikap para penguasa Islam begitu baik dan rendah hati, maka banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan hanya beragama Islam, namun mereka sungguh-sungguh mempraktekkan kehidupan secara Islami. Mereka tidak hanya membaca Al-Qur'an tapi juga bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun mereka selalu gagal. Telah beberapa kali dicoba tapi selalu tidak berhasil. Dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya mata-mata itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yakni pertama-tama harus melemahkan iman mereka dulu dengan jalan serangan pemikiran dan budaya.

Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari ketimbang baca Qur’an. Mereka juga mengirim sejumlah ulama palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.

Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan.

Tidak hanya pasukan Islam yang idbantai, juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, semuanya dihabisi dengan sadis.

Satu persatu daerah di Spanyol jatuh, Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.

Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah.

Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar dari Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka. “Kapal-kapal yang akan membawa kalian keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kalian jika ingin keluar dari Spanyol, setelah ini maka kami tidak lagi memberikan jaminan!” demikian bujuk tentara Salib.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa dari orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka mereka segera bersiap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.

Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada yang keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang-barang keperluannya beriringan jalan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai tentara Salib bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumahnya.

Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah itinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika para tentara Salib itu membakari rumah-rumah tersebut bersama orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.

Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang tentara Salib itu telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera membantai dan menghabisi umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga sipil yang sama sekali tidak berdaya.

Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman. Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The Aprils Fool Day).

Bagi umat Islam April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudaranya seiman disembelih dan dibantai oleh tentara Salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, adalah sangat tidak pantas jika ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Sebab dengan ikut merayakan April Mop, sesungguhnya orang-orang Islam itu ikut bergembira dan tertawa atas tragedi tersebut. Siapa pun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, beberapa abad silam.(rizki/eramuslim)

Source: http://www.eramuslim.com/

Pedoman Membeli Asuransi Jiwa dan Reksadana

Source: Priyadi's Place

Setelah membuat tiga tulisan tentang asuransi (1, 2, 3), saya sering mendapatkan banyak pertanyaan tentang bagaimana caranya membeli asuransi jiwa dan reksadana. Sebagai referensi bagi yang bertanya hal serupa di masa yang akan datang, cara-caranya saya tuliskan saja di posting kali ini.

Membeli Asuransi Jiwa

Pertama, tentukan dulu apakah kita memerlukan asuransi jiwa. Jika kita memiliki tanggungan dan/atau hutang yang tidak dilindungi asuransi kredit, maka kita membutuhkan asuransi jiwa. Jika tidak, maka kita tidak membutuhkan asuransi jiwa.

Kedua, hitung berapa besar uang pertanggungan asuransi jiwa yang diperlukan. Untuk tahap yang ini jawabannya bisa berbeda-beda tergantung dari teknik perhitungan yang dilakukan. Tapi untuk mempersingkat waktu kita pakai cara paling sederhana saja:

  • Cari tahu besar pengeluaran keluarga per tahun jika seandainya tertanggung meninggal dunia.
  • Kalikan dengan 10 untuk mendapatkan besar uang pertanggungan yang diinginkan.

Sebagai contoh pengeluaran per tahun jika seandainya tertanggung meninggal dunia adalah Rp 50 juta/tahun, maka uang pertanggungan yang akan kita beli adalah sebesar Rp 500 juta. Seharusnya jumlah tersebut sudah mencukupi untuk menutupi resiko kehilangan penghasilan dari tertanggung selama 20 tahun dengan asumsi pekembangan investasi bersih sebesar 9%.

Ketiga, saatnya untuk mencari produk yang sesuai. Produk yang kita cari adalah ‘asuransi jiwa term life’. Ciri-cirinya:

  • Tidak memiliki unsur investasi.
  • Masa perlindungan relatif singkat, biasanya 5 atau 10 tahun, tetapi ada juga yang 1, 2, 3 dan 20 tahun.
  • Besar premi relatif kecil, sebagai perbandingan, pria 30 tahun yang tidak merokok akan dikenakan premi asuransi sebesar kurang lebih Rp 300 ribu/tahun untuk setiap Rp 100 juta uang pertanggungan.

Carilah keterangan tentang produk yang kita inginkan di beberapa perusahaan asuransi dengan cara mendatangi langsung perusahaan asuransi yang bersangkutan. Walaupun demikian, biasanya nasabah tidak pernah ditawarkan produk term life, melainkan produk lainnya yang memiliki unsur investasi. Untuk itu tanyakanlah secara spesifik: “Saya ingin mencari informasi produk term life (atau asuransi jiwa berjangka) dengan jangka waktu 5 tahun atau kurang dengan uang pertanggungan Rp sekian. Sebagai informasi umur saya sekian tahun,”

Untuk menghindari salah membeli produk, berikut adalah daftar beberapa produk asuransi jiwa term life dari beberapa perusahaan asuransi di Indonesia:

Keempat, banding-bandingkan beberapa produk asuransi untuk mendapatkan produk yang paling menguntungkan. Tidak seperti unit link atau asuransi lainnya yang mengandung unsur investasi, sama sekali tidak sulit untuk membandingkan beberapa produk term life.

Beberapa kriteria pemilihan yang perlu dipertimbangkan adalah:

  • Klausul guaranteed renewability. Klausul ini memastikan nasabah dapat memperpanjang perlindungan setelah kontrak berakhir tanpa syarat sama sekali dengan kenaikan premi seperti yang tertera dalam polis. Dengan klausul ini, perusahaan asuransi tidak berhak untuk memutuskan perlindungan jika misalnya nasabah menderita sakit keras. Hindari produk yang tidak memiliki klausul ini.
  • Harga premi, semakin rendah tentunya semakin menguntungkan. Tapi jangan terlalu terpaku pada harga premi pada saat pertama kali anda masuk asuransi. Bandingkan pula harga premi untuk tahun-tahun berikutnya. Prioritaskan evaluasi harga premi pada 10-15 tahun pertama.
  • Jangka waktu perlindungan, semakin rendah semakin baik. Ambillah asuransi term life dengan masa pertanggungan 5 tahun atau lebih kecil lagi. Jika memungkinkan ambillah masa pertanggungan 1 tahun, atau yang lebih dikenal dengan YRT/ART (yearly/annual renewable term). Karena adanya klausul guaranteed renewability, tidak menjadi masalah jika nasabah nantinya akan mengambil asuransi jiwa selama 20 tahun misalnya.
  • Perlindungan tambahan (rider). Tetapi tidak perlu mengambil manfaat kesehatan karena kemungkinan besar kita akan membutuhkan asuransi kesehatan lebih lama daripada asuransi jiwa. Sebaiknya manfaat kesehatan diambil secara terpisah jika memang diperlukan.

Kelima, setelah menjatuhkan pilihan, kita bisa membeli produk pilihan kita. Perusahaan asuransi akan melakukan proses underwriting yang mungkin melibatkan hal-hal seperti pemeriksaan kesehatan dan sebagainya.

Setelah menerima polis periksalah dengan seksama apakah polis tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Membeli Reksadana

Pertama, tentukan jenis reksadana yang akan kita beli. Jenis reksadana yang kita beli terutama ditentukan dari berapa lama kita membutuhkan uang yang saat ini kita tanamkan di reksadana. Selera setiap orang berbeda-beda, tetapi untuk pemula saya bisa beri saran sebagai berikut:

Kedua, untuk membeli reksadana, cukup datangi penjual reksadana, misalnya ke agen penjual reksadana atau perusahaan manajer investasi.

Agen penjual reksadana yang paling populer akhir-akhir ini mungkin adalah Bank Commonwealth. Pembelian reksadana di Bank Commonwealth bisa dilakukan secara praktis melalui Internet. Bank Commonwealth menjual puluhan produk reksadana dari berbagai manajer investasi. Untuk membuka rekening di Bank Commonwealth, dibutuhkan dana sebesar Rp 2 juta.

Alternatif lain adalah Bank Mandiri. Bank Mandiri juga menjual puluhan reksadana yang dapat dibeli melalui customer service di hampir setiap cabangnya.

Beberapa produk reksadana juga bisa dibeli secara langsung ke manajer investasinya tanpa melalui agen reksadana. Contohnya adalah Manulife, Trimegah, PNM dan Danareksa.

Pertimbangkan produk reksadana yang akan dibeli berdasarkan kriteria sebagai berikut:

  • Data perkembangan investasi historis
  • Biaya pembelian
  • Biaya penjualan
  • Biaya jasa pengelolaan investasi
  • Biaya minimal setoran pertama
  • Biaya minimal setoran selanjutnyas
  • Data lain-lainnya yang tertera pada prospektus reksadana yang bersangkutan

Terlalu rumit? Bagi pemula yang ingin berinvestasi untuk jangka panjang atau yang tidak ingin direpotkan dengan urusan investasi, saya pribadi menyarankan reksadana indeks. Reksadana indeks adalah subset dari reksadana saham yang dikelola secara pasif sehingga biaya jasa pengelolaan investasi menjadi minimal. Biasanya, dalam jangka panjang, performa reksadana indeks akan mengalahkan reksadana saham konvensional. Sayangnya reksadana indeks di Indonesia saat ini adalah ’spesies langka’. Satu-satunya produk indeks yang populer saat ini adalah Danareksa Indeks Syariah yang dapat dibeli melalui Bank Commonwealth maupun Sentra Investasi Danareksa.

Ketiga, nasabah bisa mengetahui perkembangan investasinya melalui beberapa cara. Beberapa manajer investasi akan memberikan laporan bulanan sehingga nasabah bisa mengetahui nilai investasinya. Selain itu data perkembangan investasi dari semua reksadana yang terdaftar di Indonesia dapat diketahui melalui beberapa media seperti Koran Tempo, Bisnis Indonesia (dapat pula dilihat di Internet) atau PortalReksadana.com.

Nasabah tidak perlu melihat informasi perkembangan investasinya setiap hari secara religius. Untuk jangka panjang, bagi investor kasual, satu tahun sekali sebenarnya sudah cukup.

Keempat, yang paling penting tentunya adalah menyetorkan dana untuk diinvestasikan ke reksadana. Hal ini tentunya harus dilakukan secara periodik. Beberapa penasihat keuangan memberi saran untuk menginvestasikan 10%-30% dari penghasilan keseluruhan secara rutin setiap bulannya.


MENGHILANGKAN BATU EMPEDU SECARA ALAMIAH

MENGHILANGKAN BATU EMPEDU SECARA ALAMIAH

oleh Dr Lai Chiu-Nan

Ini telah berhasil bagi banyak orang. Apabila kejadian anda demikian juga, ayolah beritahu pada orang lain.

Dr. Chiu-Nan sendiri tak memungut biaya untuk informasinya ini, karena itu sebaiknya kita buat ini gratis juga. Ganjarannya adalah bila ada orang yang karena informasi yang anda berikan menjadi sehat.

Batu empedu tak banyak dirisaukan orang, tapi sebenarnya semua perlu tahu karena kita hampir pasti mengindapnya.

Apalagi karena batu empedu bisa berakhir dengan penyakit kanker. "Kanker sendiri tidak pernah muncul sebagai penyakit pertama" kata Dr. Chiu-Nan.

"Umumnya ada penyakit lain yang mendahuluinya. Dalam penelitian di Tiongkok saya menemukan bacaan bahwa orang-orang yang terkena kanker biasanya ada banyak batu dalam tubuhnya. Dalam kantung empedu hampir semua dari kita mengandung batu empedu. Perbedaannya hanya dalam ukuran dan jumlah saja... Gejala adanya batu empedu biasanya adalah perasaan penuh di perut ('nek, busung) sehabis makan. Rasanya kurang tuntas mencernakan makanan. Dalam kondisi parah ada tambahan rasa nyeri pada ginjal."

Bila anda menduga ada batu pada empedu anda, cobalah cara yang dianjurkan oleh Dr. Chiu Nan untuk menghilangkannya secara alamiah.

Pengobatan ini juga dapat dipakai bila ada keluhan gangguan hati, karena hati dan kandung empedu saling berkaitan.

Tata-cara pengobatannya adalah sebagai berikut :

1. Selama lima hari berturut-turut minumlah empat (4) gelas sari buah apel segar setiap hari, atau makanlah empat atau lima buah apel segar, tergantung selera anda. Apel berkhasiat melembutkan batu empedu. Selama masa ini anda boleh makan seperti biasa.

2. Pada hari ke-enam jangan makan malam. Jam 6 petang, telanlah satu sendok teh "Epsom salt" (magnesium sulfat, garam Inggris??) dengan segelas air hangat.

Jam 8 malam lakukan hal yang sama. Magnesium sulfat berkhasiat membuka pembuluh-pembuluh kandung empedu.

Jam 10 malam campurkan setengah cangkir minyak zaitun (atau minyak wijen) dengan setengah cangkir sari jeruk segar. Aduklah secukupnya sebelum diminum. Minyaknya melumasi batu2 untuk melancarkan keluarnya batu empedu.

Keesokan hari Anda akan menemukan batu-batu berwarna kehijauan dalam limbah air besar anda. "Batu-batu ini biasanya mengambang," menurut Dr. Chiu-Nan.

"Cobalah hitung jumlahnya. Ada yang jumlahnya 40, 50 sampai 100 batu. Banyak sekali. Tanpa gejala apapun Anda mungkin memiliki ratusan batu yang berhasil dikeluarkan melalui metoda ini, walaupun mungkin tidak semuanya keluar. Baik sekali apabila kita sekali-kali membersihkan kandung empedu kita.

Lentera Jiwa

Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena ‘pecah kongsi’ dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan ‘power’ yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri.

Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV.

Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV. ‘’Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.’’

Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese.Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.

Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya ‘dipindahkan’ oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama.

Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.

Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari ‘keju’ itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti ‘lentera jiwa’ saya. Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri.

Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul ‘Lentera Jiwa’ yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang.

Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa ‘lentera jiwanya’ ada di ajang pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia.

Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua.

Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri. ‘’Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini,’’ ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.

Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.

Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker.

Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.

Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. ‘’Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya,’’ ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. ‘’Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya. Hidup saya,’’ katanya.

Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.

Source: http://www.kickandy.com/?ar_id=MTEzOA==

Friday, August 22, 2008

Jejak Sepatu di Karpet (A True Story)

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja,cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih dan bersih dan teratur, suami serta anak2nya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian.
Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :

"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya. "Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?" Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi". Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu". Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb. "Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya "Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap meli hat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) . Teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;

  • Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain
  • Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum
  • Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
  • Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi
  • Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman
  • Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan
  • Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras
  • Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
  • Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup
  • Untuk setiap permasalahan hidup yang saya hadapi, karena itu artinya Tuhan sedang membentuk dan menempa saya untuk menjadi lebih baik lagi.